Mengenal Fordow: Situs Nuklir Iran yang Hanya Bisa Dihancurkan Bom AS

Isu nuklir Iran telah menjadi pusat perhatian dunia sejak awal abad ke-21. Di antara berbagai fasilitas nuklir yang dimiliki negara Republik Islam tersebut, Fordow Fuel Enrichment Plant (FFEP) menjadi simbol dari kekhawatiran global. Dikenal sebagai situs yang sangat terlindungi dan dirahasiakan, Fordow tidak hanya memperlihatkan ambisi nuklir Iran tetapi juga menjadi representasi kekuatan geopolitik yang sangat kompleks.
Letaknya yang tersembunyi di bawah pegunungan dan kemampuannya untuk melakukan pengayaan uranium tingkat tinggi telah membuatnya menjadi target utama dalam kalkulasi militer Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Bahkan, beberapa analis militer berpendapat bahwa hanya jenis bom tertentu dari AS yang dapat menghancurkan situs ini—khususnya bom penghancur bunker (bunker buster) seperti GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator.
Artikel ini akan mengulas dengan komprehensif tentang Fordow: sejarah pembangunannya, fungsinya dalam program nuklir Iran, kemampuan pertahanannya, reaksi dunia, serta kalkulasi militer mengenai upaya penghancurannya.

1. Sejarah Pembangunan dan Penemuan Fordow
1.1 Proyek Rahasia di Bawah Pegunungan Zagros
Fordow mulai dibangun secara diam-diam oleh Iran pada awal tahun 2000-an. Terletak sekitar 20 mil dari kota suci Qom, fasilitas ini dikelilingi oleh medan pegunungan yang curam dan berbatu, menjadikannya lokasi strategis untuk melindungi instalasi sensitif dari serangan udara.
Keberadaan fasilitas ini pertama kali diketahui publik pada tahun 2009 ketika Presiden Amerika Serikat Barack Obama, bersama Perdana Menteri Inggris dan Presiden Prancis, mengumumkan secara terbuka bahwa Iran tengah membangun fasilitas nuklir bawah tanah yang tidak dideklarasikan ke Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
1.2 Pelanggaran Aturan Non-Proliferasi?
Iran selama ini mengklaim bahwa program nuklirnya bersifat damai. Namun, pembentukan Fordow yang tidak diinformasikan kepada IAEA pada waktu yang diwajibkan, dinilai sebagai pelanggaran terhadap kewajiban perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT). Hal ini memicu gelombang kecaman internasional dan meningkatkan tekanan terhadap Teheran.
2. Struktur dan Teknologi Fordow
2.1 Lokasi dan Kedalaman
Fasilitas Fordow dibangun di dalam sebuah gunung berbatu, dengan struktur yang dirancang untuk bertahan dari serangan udara. Menurut laporan dari para analis militer dan satelit, kompleks ini berada lebih dari 80 meter di bawah permukaan batu keras. Kedalaman ini membuatnya sangat sulit dijangkau oleh bom biasa atau rudal konvensional.
2.2 Kapasitas dan Fungsi
Fordow awalnya dirancang untuk menampung sekitar 3.000 sentrifugal jenis IR-1 (tipe pertama generasi Iran), meskipun jumlah ini kemudian diperluas. Fungsi utamanya adalah untuk mengayakan uranium hingga tingkat tinggi, termasuk hingga 20% U-235—tingkat yang cukup tinggi untuk menimbulkan kekhawatiran bahwa bisa dengan cepat ditingkatkan menjadi bahan bakar senjata nuklir (90%).
2.3 Ketahanan terhadap Serangan
Berbeda dari fasilitas nuklir lain seperti Natanz, yang sebagian besar berada di permukaan dan semiprotektif, Fordow secara eksplisit dibangun untuk menghadapi ancaman serangan udara. Struktur bunker berlapis beton dan baja tebal serta penempatan dalam ruang bawah tanah menjadikan Fordow sangat sulit dihancurkan, bahkan oleh bom berdaya ledak tinggi.
3. Fordow dalam Dinamika Politik dan Diplomasi Nuklir
3.1 Peran dalam Kesepakatan Nuklir (JCPOA)
Pada 2015, Iran menandatangani kesepakatan nuklir dengan enam kekuatan dunia (P5+1) yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Dalam kesepakatan itu, Iran setuju untuk mengubah fungsi Fordow menjadi pusat riset dan produksi isotop non-nuklir, serta tidak melakukan pengayaan uranium selama masa perjanjian.
Namun, setelah Amerika Serikat keluar dari kesepakatan pada 2018 di bawah pemerintahan Donald Trump, Iran secara bertahap mengabaikan batasan yang disepakati dan mengaktifkan kembali Fordow untuk pengayaan uranium.
3.2 Reaksi Dunia terhadap Pengayaan di Fordow
Langkah Iran mengaktifkan kembali pengayaan uranium di Fordow menuai kecaman dari Eropa, AS, dan IAEA. Banyak yang menilai hal ini sebagai langkah provokatif yang bisa membawa kawasan Timur Tengah menuju eskalasi militer.
4. Mengapa Hanya Bom AS yang Mampu Menghancurkan Fordow?
4.1 Keterbatasan Bom Konvensional
Bom konvensional seperti GBU-28 (digunakan dalam Perang Teluk) atau JDAM (Joint Direct Attack Munition) memiliki keterbatasan penetrasi. Mereka tidak dirancang untuk menembus lebih dari 20-30 meter batu padat, sehingga hampir mustahil menghancurkan fasilitas sedalam Fordow.
4.2 Massive Ordnance Penetrator (MOP) GBU-57A/B
Bom satu-satunya yang dipercaya mampu menjangkau Fordow adalah GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP), bom penghancur bunker seberat hampir 14 ton yang dikembangkan oleh Boeing dan dikhususkan untuk menembus target bawah tanah. MOP dirancang untuk dijatuhkan dari pesawat strategis seperti B-2 Spirit Stealth Bomber.
Bom ini dapat menembus hingga 60 meter beton bertulang atau lebih dari 100 meter tanah sebelum meledak, menjadikannya satu-satunya opsi realistis dalam skenario penghancuran Fordow.
4.3 Pertimbangan Militer dan Geopolitik
Penggunaan bom ini bukan hanya soal kemampuan teknis, tapi juga implikasi politik dan hukum internasional. Menghancurkan Fordow secara militer tanpa mandat internasional dapat memicu perang besar di Timur Tengah dan memperburuk hubungan diplomatik global.
5. Potensi Konsekuensi Serangan ke Fordow
5.1 Risiko Serangan Balasan dari Iran
Iran memiliki sistem pertahanan udara dan jaringan milisi regional (seperti Hizbullah dan Houthi) yang dapat merespons serangan terhadap Fordow dengan eskalasi konflik regional. Serangan terhadap situs ini dapat dianggap sebagai deklarasi perang.
5.2 Reaksi Internasional
Serangan semacam itu tanpa dukungan Dewan Keamanan PBB dapat memecah belah koalisi internasional yang selama ini menekan Iran lewat jalur diplomatik. Eropa kemungkinan besar tidak akan mendukung serangan tersebut tanpa provokasi besar dari Iran.
5.3 Potensi Lingkungan
Walaupun tidak setara dengan Chernobyl atau Fukushima, serangan terhadap fasilitas pengayaan uranium bisa menimbulkan kebocoran bahan radioaktif ke lingkungan sekitar jika tidak dikendalikan dengan benar.
6. Fordow dan Masa Depan Program Nuklir Iran
6.1 Masihkah Bisa Dipercaya Jalur Diplomasi?
Sejak AS keluar dari JCPOA, Iran terus memperkaya uranium di atas ambang batas yang disepakati. Diplomasi masih menjadi jalur utama yang diinginkan banyak pihak, namun kepercayaan terhadap proses tersebut semakin menipis.
6.2 Peran IAEA dan Negara Penengah
IAEA masih memainkan peran penting dalam memantau aktivitas di Fordow, namun keterbatasan akses yang diberikan Iran menyulitkan pengawasan. Negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan Uni Eropa bisa menjadi penengah jika terjadi stagnasi dialog antara Teheran dan Washington.
6.3 Apakah Fordow Simbol Keamanan atau Ancaman?
Bagi Iran, Fordow adalah bukti kemampuan pertahanan dan kedaulatan nasional. Namun bagi banyak negara lain, situs ini adalah simbol dari potensi ancaman nuklir yang tersembunyi dan sulit dikendalikan.
7. Simulasi dan Skenario Militer terhadap Fordow
7.1 Operasi Udara vs Serangan Rudal
AS memiliki dua opsi utama jika memutuskan menghancurkan Fordow: serangan udara dengan stealth bomber atau rudal balistik dengan hulu ledak penghancur bunker. Kedua opsi membutuhkan perencanaan logistik dan intelijen yang sangat detail.
7.2 Dukungan Sekutu dan Akses Udara
Untuk menjangkau Iran, AS harus mendapatkan izin dari negara-negara Timur Tengah untuk akses udara. Tanpa itu, operasional serangan menjadi sangat kompleks, bahkan bisa mengandalkan kapal induk di Teluk Persia.
7.3 Operasi Cyber sebagai Alternatif
Serangan cyber juga sempat dilakukan pada 2010 lewat virus Stuxnet yang menyerang sentrifugal di Natanz. Namun terhadap Fordow, efektivitas pendekatan ini masih dipertanyakan karena kemungkinan keamanan sistem yang lebih tinggi.
8. Kesimpulan: Fordow dan Ketegangan Nuklir Global
Fordow bukan hanya sekadar fasilitas nuklir. Ia adalah simbol dari kompleksitas diplomasi internasional, keseimbangan militer, dan ambisi sebuah negara untuk mempertahankan kedaulatannya. Dengan teknologi pengayaan uranium tingkat tinggi, kedalaman perlindungan luar biasa, dan posisi strategis, Fordow mencerminkan tantangan terbesar dalam upaya mencegah proliferasi senjata nuklir.
Ke depan, dunia menghadapi dilema: menekan Iran lewat diplomasi atau mengambil langkah militer yang bisa memicu konflik global. Dalam semua skenario, Fordow tetap menjadi titik sentral dalam narasi nuklir abad ke-21.
Baca Juga : BSU BPJS Ketenagakerjaan 2025: Cara Cek Status Penerima dan Syaratnya